1. IGOS Nusantara

Selain menyediakan varian Desktop, distro berbasis Fedora ini juga menyediakan varian Server (saat ini sudah memasuki versi 2.0) dan varian untuk arsitektur ARM—bisa difungsikan sebagai lingkungan Internet of Things.
Tidak hanya berperan menyediakan sistem operasi yang handal, tim pengembang IGN juga memiliki sub-proyek IGNSDK. Sebuah tool untuk mengembangkan aplikasi desktop berbasis teknologi web.
Status: aktif
Situs IGOS Nusantara: igos-nusantara.or.id
Situs IGNSDK: ignsdk.web.id
2. BlankOn

Pada awalnya, di versi 1.0 dan 1.1, BlankOn dibangun dengan basis sistem Fedora. Selanjutnya, versi 2 (Konde), 3 (Lontara), 4 (Meuligoe), 5 (Nanggar), 6 (Ombilin), dan 7 (Pattimura) berbasiskan Ubuntu. Nah, dimulai versi 8 (Rote), distro berlogo OI ini menggunakan Debian sebagai basis sistemnya.
Versi paling baru BlankOn adalah BlankOn X dengan nama kode Tambora. BlankOn X “Tambora” merupakan BlankOn versi terbaru yang hadir dengan banyak sekali fitur baru.
Status: aktif
Situs BlankOn: blankonlinux.or.id
3. GrombyangOS

Distro yang dikembangkan oleh grOS-TEAM (julukan pengembang GrombyangOS) ini fokus pada pendidikan. Beberapa aplikasi pendukung aktivitas pendidikan yang bisa ditemukan di distro ini di antaranya Kalzium, BKchem, LibreOffice, KBruch, KAlgebra, Othman Quran Browser, KGeography.
Hingga saat ini, GrombyangOS sudah memasuki versi 2.0, yang diluncurkan pada bulan Agustus 2015 yang lalu.
Status: aktif
Situs GrombyangOS: grombyang.or.id
4. TeaLinuxOS

Pertama kali dirilis, TeaLinuxOS menggunakan desktop environment default GNOME. Kemudian untuk versi 4 ke atas memakai LXDE.
Sampai sekarang, pengembang TeaLinuxOS sudah merilis 8 versi; versi 1.0 (Green Tea) berbasis Ubuntu 8.04, 2.0 (Black Tea) berbasis Ubuntu 9.10, 3.0 (White Tea) berbasis Ubuntu 10.10, 4.0 (Oolong Tea) berbasis Lubuntu 11.10, 5.0 (Kukicha Tea) berbasis Lubuntu 12.10, versi 7.0, dan versi 8.0.
Status: aktif
Situs TeaLinuxOS: tealinuxos.org
5. Desa OS

Dikembangkan oleh Developer Gedhe Foundation, Desa OS dilengkapi dengan aplikasi Sistem Komunikasi Antar Rakyat (SiKomAr) dan Sistem Informasi Desa (Sidesa 2.0).
Desa OS merupakan distro berbasis Ubuntu. Dan saat ini sudah menginjak versi 2.0.
Status: aktif
Situs Desa OS: www.desaos.id
6. DracOs Linux
DracOs dengan Openbox (FB Zico Ekel)
Drac0s Linux merupakan satu-satunya distro Linux asli Indonesia yang fokus di bidang penetration testing.
Pengembangannya dimulai oleh Zico Ekel tahun 2015.
Bagi yang ingin tahu beda antara Dracos Linux dan distro-distro penetration testing lain, bisa membaca pernyataan manajer proyek, Zico Ekel, di tautan ini.
Status: aktif
Situs DracOs Linux: dracos-linux.org
7. Zencafe
Zencafe merupakan distribusi GNU/Linux berbasis Slackware dan Zenwalk. Ia dirilis pertama kali pada tanggal 9 April 2007 dan terus dikembangkan selama beberapa tahun oleh Anjar Hardiena.
Distro ini ditujukan untuk Warnet (Warung Internet), oleh karena itu ia membawa perangkat lunak pengelola Warnet (Internet Cafe Management Software) Mkahawa.
Selain aplikasi khusus pengelola warnet, Zencafe juga dilengkapi dengan OpenOffice, peramban Firefox, Pidgin, GYachE, autorecovery, dll.
Zencafe termasuk distro ringan yang dapat diinstal di komputer berspesifikasi rendah.
Rilis terbaru, Zencafe 3.2 RC1, hadir 2 Mei 2014 sebelum ia total berhenti dikembangkan.
Status: mati
Situs: www.zencafe.web.id
Distrowatch: Zencafe
8. Xenta OS
Xenta OS adalah distro GNU/Linux yang relatif baru. Dikembangkan oleh Dindin Hermawan, Xenta OS dibangun dengan basis Linux Mint. Xenta OS dilengkapi dengan desktop environment Cinnamon, peralatan perkantoran LibreOffice dan Kingsoft Office, peramban Firefox, pengolah grafis GIMP dan Inkscape, serta aplikasi lainnya.
Laporan seputar Xenta OS juga pernah Kabar Linux terbitkan di tautan ini.
Status: aktif
Situs: www.xentaos.org
No comments:
Post a Comment